Hujan 2006 : Mie Instan
Sebungkus mie
instan
Isinya tak lagi
betah dalam kemasan
Ingin segera temui
pasangan
Untuk siap dihidangkan
Hadir semangkuk
kehangatan
Lengkap dengan perasaan
Telur rebus ditambahkan
Irisan bumbu pedas
disertakan
Di luar, air berderai
dari langit
Di dalam, kegelapan
lama menghimpit
Yang ada
hanya mie kuah hangat
Temani cahaya dengan
badan menyusut
Pemilih memiliki
dua tangan kanan
Dengan tiga sendok
tak bersandingan
Sisakan sebatang tanpa
ikatan
Jadikan sepenggal tanya
dalam pikiran
Kemarin ia
pergi menjemput nafkah
Membawa kami dengan
rasa resah
Tertegun ingatan kala pisah
Malam, hujan, mie
instan tak lagi
indah
- Rahman Arrijal
6 Comments
Ini puisi bikin lapar saja😔
ReplyDeleteHahaha kalo bikin kenyang aneh dong
Delete*Terimakasih telah mengunjungi blog kami
Keren bang. Mi instan aja bisa dibuat puisi, apalagi hatimu, eaa 😂✌️
ReplyDeleteEthdah... hahaha
Delete*Terimakasih telah mengunjungi blog kami
Entah kenapa ya, jal. Mie instan yang barang komoditas ini, seolah menjadi hidangan eksotis bersama puisimu.
ReplyDeletePerpaduan antara mie dan hujan, memang demikian. hahaha
Delete*Terimakasih telah mengunjungi blog kami