PARADOKS Bagian 7
Malam telah
usai, mentaripun telah
berada pada gilirannya
saat ini. Setiap
pagi aku selalu
mengakhiri malam-malam damai
dengan sambutan yang
sama.
“Athan... bangun, sudah pagi”, sepenggal kata dangan suara itulah yang senantiasa menyambutku namun kali ini berbeda. Dia memanggilku dengan nama Ere. Dalam satu tahun pasti ada kalanya satu hari dia salah menyebutkan nama.
“Jangan mengusik kenyamananku”, kata yang ingin namun tak sanggup ku ucapkan. Aku mengacuhkan kata-katanya.
“Bangun sekarang atau ibu buka kordennya!”, gertaknya dengan tegas.
“Athan... bangun, sudah pagi”, sepenggal kata dangan suara itulah yang senantiasa menyambutku namun kali ini berbeda. Dia memanggilku dengan nama Ere. Dalam satu tahun pasti ada kalanya satu hari dia salah menyebutkan nama.
“Jangan mengusik kenyamananku”, kata yang ingin namun tak sanggup ku ucapkan. Aku mengacuhkan kata-katanya.
“Bangun sekarang atau ibu buka kordennya!”, gertaknya dengan tegas.
Lima tahun
telah lama usai,
namun kenangannya seumur
hidupkupun tak akan
pernah ada tepinya.
Kala itu cahaya
matahari menembus ruang
tempatku bernaung. Lalu dewa angin meniupkannya
nafasnya dengan begitu
lembut. Berhembus memasuki
sela-sela rumah, melewati
pintu-pintu, bahkan jendela-jendela yang
sengaja ku buka. Seolah telah
ku tunggu kedatangannya
untuk membuat diri
terbuai. Menikmatinya untuk
sesaat sebelum memulai
hari-hari yang tak
bersahabat.
Aku seorang
single parent
dengan seorang anak
laki-laki yang harus
aku penuhi sendiri
kebutuhannya. Makanan, pakaian,
uang jajan, uang
sekolah dan masih
banyak lainnya yang
tak mungkin kusebutkan
satu persatu. Rumah
ini juga cukup
luas untuk ditinggali
berdua. Dari situ
aku memperkerjakan seorang
asisten rumah tangga
untuk tinggal bersama.
Waktuku tak akan
cukup jika harus
menyapu, ngepel, cuci
baju, setrika dan
rutinitas ibu rumah
tangga pada umumnya.
Disamping menjalankan tugas
rumah, Art yang aku
pekerjakan juga sebagai
teman anakku dikala
aku tidak ada.
Karena di masa
itu aku masih
bekerja di salah rumah sakit yang mengharuskan
bekerja penuh 24
jam. Pada awalnya
aku tak berpikir
panjang akan sebab
akibat aku mengambil
jam kerja tersebut.
Bagiku poin pentingnya
adalah bagaimana cara
agar aku bisa
memenuhi kebutuhan anakku.
Yang ada dalam
kepala sempitku, semua hanya tentang
uang, uang dan
uang. Jika aku
punya uang banyak
maka aku bisa
membelikan ini itu,
ini itu untuk
anakku. Meski sendiri,
aku yakin itu
bisa membuatnya bahagia.
“Embak!”. Begitu
biasa aku memanggil
Art di rumahku.
“Iya bu, ada yang bisa saya dibantu”.
“Tolong dong bangunin Ere dikamar”, kataku sembari meniup-niup secangkir teh yang masih panas. Belum sampai seseruputpun teh terteguk , terdengar teriakan dari kamar atas . Kamar anakku Ere.
“Iya bu, ada yang bisa saya dibantu”.
“Tolong dong bangunin Ere dikamar”, kataku sembari meniup-niup secangkir teh yang masih panas. Belum sampai seseruputpun teh terteguk , terdengar teriakan dari kamar atas . Kamar anakku Ere.
Tangisku pecah.
Air mata berlarian
menyaksikan anak yang
aku kasihi terkapar tak
bernyawa. Seprei putih
memerah oleh darah
yang tumpah. Tak
terkira begitu banyak
darah yang mengalir
dari leher serta
pergelangan tangan yang
tersayat. Aku telah
gagal. Seorang dokter
dan orang tua
yang gagal. Yang aku anggap
penting namun ternyata
tak ada artinya
sama sekali. Aku
kehilangan satu-satunya harta
yang aku miliki.
Fadere, melalui dia
aku mendapatkan pelajaran
terbesar dalam hidupku.
“Athan berangkat”.
Dari dalam hatiku
terheran-heren membaca pesan
singkat darinya.
To Be Continue ...
12 Comments
Ditunggu cerita selanjutnya, Kak.
ReplyDeleteOh iya ... tulisan Mentaripun -> Mentari pun
Thnks masukkannya.
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)
Kak.. kiarin bukan cerpen.. 😅, tapi ide klimaksnya bagus,lanjuut kak..
ReplyDeleteHahaha... Bukan cerpen juga sih. Cerbung.
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)
Keren😍
ReplyDeleteHaduuuhhh...
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)
Ngilu bca yg brdarah2 😣
ReplyDeleteHaruskah di berikan notification 18+ untuk cerita seperti ini?
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)
Hmm, jadi Athan anak asuh, Fadere anak kandung tp sudah tiada. Kesempatan kedua seorang ibu 😔
ReplyDeleteTerlalu sayang karena pernah gagal.
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)
Ere anak tunggal. Athan?
ReplyDeleteHayuuu siapa? Hantu!🤔
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)