PARADOKS Bagian 26
“Manusia tidak akan mampu menjelajah
lokasi dewa lain
dengan cara menatap
mata dewa yang saling terbubung,
bahkan melihat wujud
kamipun itu mustahil”.
“Apa maksutmu Thanatos, aku tak mengerti?”.
“Apa maksutmu Thanatos, aku tak mengerti?”.
Siswa-siswi bersorak
kegirangan sebab sekolah
pagi ini di pulangkan lebih
awal atau mungkin karena
tregedi kematian anak
donatur terbesar di sekolah ini. Mobil putih
petugas kesehatan telah
tiba dan mobil
polisi berjajar dengan
sirine yang berbunyi
dengan suara khasnya.
Dua siswa dan
seorang guru diamankan
oleh pihak berwenang.
Mereka berdua tak
lain adalah teman-teman
Moriz dan seorang
guru yang ikut
terjerat ialah pak Budi, guru
BK yang menggilas
hancur kepala Moriz.
Sementara Moriz yang
sudah di pastikan
mati harus diusut
lebih lanjut untuk
diotopsi. Siswa yang
menjadi target penganiyayaan
masih termenung, menatap
kedua tangannya yang
telah membunuh seorang
anak manusia. Apakah
dengan ini sekolah
akan menjadi lebih
damai atau malah
akan ditutup hingga
kedepannya nanti, yang
pasti mulai esok
sekolah diliburkan hingga
masa penyelidikan berakhir.
Garis polisi telah
mengitari lokasi kejadian,
sekolah sunyi.
Seperti
biasanya, pulang tanpa seorang pun
yang menemani. Berjalan
kaki menyusuri jalan
yang sama. Awan-awan
kelam seakan mengikuti
setiap langkahku, sepertinya
tak lama hujan
akan turun dan
angin pun berhembus
dengan kencangnya. Kriiinnnggg... Kriiinnnggg... Dari dalam
saku celanaku suara
itu berasal. Biunyi
telepon berdering, ketika
aku lihat ternyata
panggilan dari ibu.
“Athan gak
apa-apakan nak? Baru
saja ada dua siswa dari
sekolahan Athan yang
di larikan kesini”.
“Athan baik-baik saja ibu”, jawaban yang sering kali ku ucapkan padanya.
“Sekarang Athan lagi dimana? Ibu minta orang jemput ya?”, tanyanya kembali.
“Athan baik-baik saja ibu”, jawaban yang sering kali ku ucapkan padanya.
“Sekarang Athan lagi dimana? Ibu minta orang jemput ya?”, tanyanya kembali.
Tak
lama setelah panggilan
berakhir, mobil yang ibu pasan
untuk menjemputku telah
tiba. Kami segera
menuju rumah sakit.
Di sepanjang jalan
apa yang di
katakan Thanatos memenuhi
isi kepala kecilku.
Kira-kira makhluk seperti
apa aku ini.
Dewa kah? Kalau
memang benar lalu
kenapa aku bisa menjadi manusia?
Karena keingin tahuanku,
aku meminta Thanatos
untuk mencari tahu
siapa aku yang
sebenarnya. Sebelumnya, dia
berkata padaku kalau
yang pasti aku
bukanlah manusia. Namaku
tidak pernah tercatat
dalam buku kehidupan
dan kematian manusia.
Dewa
yang bertugas dibumi
saling terhubung sesuai
tugasnya masing-masing. Thanatos,
Ker dan Moros
mereka saling terhubung satu
sama lain, bertujuan
untuk melakukan teleportasi
bagi para dewa
lain jika terjadi
hal genting. Teleportasi
itu bisa bekerja
jika dewa menatap
mata dewa-dewi yang
telah terhubung. Anehnya
aku yang bukan
dewa bagaimana bisa melakukannya, berteleportasi meski
dalam wujud roh. Jadi rohku bisa keluar
dari tubuh, lalu
kenapa aku tak
mati-mati.
Mobil
telah berhenti melaju,
itu artinya kami
telah tiba. Aku berjalan dari
tempat parkir ke
rumah sakit untuk
menemui ibu. Baru
saja memasuki pintu,
ibu langsung menyambutku
dengan pelukan, sekhawatir
itukah orang tua
itu pada anaknya.
“Jika aku
dewa, apakah aku
tetap bisa merasakan
hangatnya kasih seorang
ibu?”
To Be Continued ...
8 Comments
sipss mas ...
ReplyDeleteperhatikan tanda2 bacanya ya ... 💪🏻💪🏻
Baik
Delete*terimakasih telah mengunjungi blog kami:)
Terhura sama Ibu 😭
ReplyDeleteTerhura mungkin... hahaha
Delete*terimakasih telah mengunjungi blog kami:)
Ibu ... 😭👍😊keberadaan nya tiada banding
ReplyDeleteMungkin demikian
Delete*terimakasih telah mengunjungi blog kami:)
Ibu
ReplyDeleteYups
Delete*terimakasih telah mengunjungi blog kami:)