PARADOKS Bagian 15
“Athan, lagi-lagi
kamu membuat masalah
dengan Moriz ya?”
“Moriz ada salah apa sih Athan, sampai kamu bully dia sampai seperti itu. Apa kamu tidak tahu kalau orang tuanya adalah pemilik saham terbesar disekolah ini?”. Di akhir katanya pak Budi menghela nafas dengan begitu panjang.
“Moriz ada salah apa sih Athan, sampai kamu bully dia sampai seperti itu. Apa kamu tidak tahu kalau orang tuanya adalah pemilik saham terbesar disekolah ini?”. Di akhir katanya pak Budi menghela nafas dengan begitu panjang.
Hukum
begitu tumpul keatas
dan tajam kebawah,
persis seperti apa
yang manusia-manusia berpikiran
liar di luaran
sana. Bahkan di
ruang lingkup sesempit
sekolahan pun
peraturan dapat di
otak-atik sesuai maksut
suka hati sang
pemegang wewenang. Merubah
yang tak sesuai
dan menggantinya dengan
yang dikehendaki. Tak
perlu bertanya ba, bi, bu
lagi, sampaikan titah lalu bawahan
akan menurutinya. Segelintir
orang dengan hati
nuraini melolong dan
membabi buta, suara yang
di perdengarkan membangkitkan
ketertarikan para manusia
gundah. Manusia berjiwa
bingung itu menjadi
pengikut pemberontakan tapi
tak cukup nyali
untuk maju menerjang,
hanya berkoar-koar tanpa eksistensi nyata.
Penggerakpun harus pupus
tunduk di bawah
kuasa.
Aku
telah berkata jujur
dengan apa yang
terjadi. Aku ceritakan
semua yang aku
alami, namun tak
pernah berarti. Surat
peringatan ke tiga
pun dengan berat
tangan aku terima.
Bagaimana aku menjelaskannya pada
Ibu. Tentang surat
peringatan kedua pun
ia tak tahu.
Memang, uang adalah
dewa yang nyata
dimasa ini. Menjadikan
uang sebagai benteng
dan senjata untuk
mempermudah setiap keadaan
yang ada. Aku dengan ini di berhentikan dari
jam sekolah selama
satu minggu penuh.
“Athan, kamu nggak
apa-apa”, tegur teman
sekelas yang seolah
menunggu kedatanganku.
“Kamu gak dikeluarin dari sekolahkan?”, tanya salah seorang teman sebab melihat aku menenteng secarik amplop coklat.
Aku mengambil tas mengabaikan mereka yang memperhatikan aku yang membisu. Entah kenapa mereka seperti menyimpan rasa kesal yang berselimut pengertian. Aku pulang.
“Kamu gak dikeluarin dari sekolahkan?”, tanya salah seorang teman sebab melihat aku menenteng secarik amplop coklat.
Aku mengambil tas mengabaikan mereka yang memperhatikan aku yang membisu. Entah kenapa mereka seperti menyimpan rasa kesal yang berselimut pengertian. Aku pulang.
Dua
tahun bersekolah, aku selalu mendapat
peringkat tertinggi di
antara siswa-siswi di kelas. Mungkin
karena tidak ada
yang memberi jawaban
mengenai tugas sekolah
mereka menyimpan secerca
amarah. Tipu daya
siswa pada ujian
memang selalu ada.
Aku tahu kebodohan
akan mengitari mereka
ketika mengambil langkah
sesat tersebut tapi
aku tak perduli.
Yang terpenting keberadaanku
di anggap ada
meski dengan topeng
belaka.
Ibu
masih bekerja karena
itu aku ada
di rumah sakit
ini. Ruangan ibu
berada di lantai
paling atas, melangkah dengan
sempoyongan badan aku menuju
ke ruangannya. Tubuhku lemas seolah tak
tanggup lagi tuk
bertahan. Tok tok tok...
setelah mengetuk pintu
aku langsung masuk
seperti orang-orang lain ketika ingin
ke ruangan ibu.
Sebelumnya aku tak
pernah perduli untuk
mengetuk pintu atau
memberi salam, namun
mulai hari ini
aku akan mencoba
seperti yang manusia
biasa lakukan. Meski
hati tak merasa
tapi akal tak
tumpul begitu saja.
“Athan kamu kenapa
lagi nak?”, sepotong
tanya yang bisa
kubaca bahwa begitu
khawatirnya ia.
Tak ada sepenggal kata yang terucap, hanya tangan yang menyerahkan amplop dalam genggaman. Air mata kembali menghujani pipinya, kala mata melihat tubuhku yang lagi-lagi kuyup dengan darah. Tak hanya lebam ataupun memar, bahkan kali ini goresan-goresan pisau tergambar di badan serta wajahku.
Tak ada sepenggal kata yang terucap, hanya tangan yang menyerahkan amplop dalam genggaman. Air mata kembali menghujani pipinya, kala mata melihat tubuhku yang lagi-lagi kuyup dengan darah. Tak hanya lebam ataupun memar, bahkan kali ini goresan-goresan pisau tergambar di badan serta wajahku.
To Be Continued ...
22 Comments
Nice, tp ada beberapa kata yg typo sepertinya y 😁👍
ReplyDeleteHaduuuhhh tipo terus saya, bawaan dari orok🙏
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)
Ku tunggu kelanjutannya
ReplyDeleteAkan selalu di update 😁
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)
Bagus tulisannya, semangatt....
ReplyDeleteDi usahakan untuk terus semangat 😄
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)
Duh, kerenya bisa serapi ginih
ReplyDeleteBingung nih tapi yang mananya?
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)
Mantep...
ReplyDeleteAlhamdulillah 😁🙏
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)
Wow keren
ReplyDeleteSemakin tak percaya diri😂
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)
Ada apa lagi dg Athan hmm
ReplyDeleteAthan aneh ya? Kasihan
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)
Athan home schooling aja, g tega
ReplyDeleteHahaha, saran yang bagus 👌
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)
Jadi ngeri
ReplyDeleteBukan cerita horor kok😁
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)
Kalau lihatdarah ngak tega,.kasihan sekali
ReplyDeleteKan baca aja ka, gak lihat😊
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)
Mantap. Lanjutkan
ReplyDeleteSelalu di usahakan 🤗
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)