PARADOKS Bagian 8
“Berani berangkat
juga ya elu,
Albino”. Dia tersenyum
seperti orang yang ramah.
“Suka banget ya si Albino ini ngacangin gue, bangsat”.
“Suka banget ya si Albino ini ngacangin gue, bangsat”.
Jalan raya, prasarana yang
menghubungkan satu tempat
dengan tempat yang
lainnya. Di jalan
raya bisa kita
temui macam-macam alat
transportasi. Convertible, coupe, multi
purpose vehicle (MPV). Road bike, cub, sport
dan masih banyak
jenis lainya yang
berlalu-lalang. Semua itu
adalah jenis kendaraan,
aku cukup tahu prihal materi
isi dunia semenjak
zaman emas hingga
sekarang. Tak hanya
itu saja, aku
juga tahu apa
yang tidak manusia
ketahui pada saat
ini. Dewa-dewi yang
berkeliaran di antara
langit dan bumi.
Mataku bisa melihatnya
namun ku coba hiraukan dan tak menganggap
setiap keberadaanya.
Thanatos, Ker
dan Moros. Mereka
bertiga adalah dewa-dewi
yang mengatur setiap
kematian pada manusia.
Thanatos, dewa yang
memberikan kematian dengan
cara yang damai
sementara saudara kembarnya
Ker adalah dewi
yang melenyapkan nyawa
dengan luka, lara
serta kepedihan. Saudara
mereka yang terakhir
ialah Moros, sang
penyampai roh manusia
pada ajalnya. Dewa
yang akan menentukan
dengan Thanatos atau dengan
Ker manusia akan
merenggang nyawa.
Di dunia
ini juga ada
dewa-dewi lain yang
teramat sering aku
jumpai. Eros dan
Psikhe. Mereka adalah
dewa dewi asmara.
Pada waktu ini
manusia hanya mengenal
Eros, namun dengan
nama Cupid. Saat
ini sosok Cupid
digambarkan sebagai anak
kecil yang memiliki sayap berpakaian putih,
membawa busur panah
untuk menyambungkan benang
merah antar manusia
dan nantinya akan menjadi
pasangan. Akan tetapi
yang aku lihat
berbeda.
Cupid atau
Eros yang ada
dimataku adalah sosok
pria dewasa dengan
paras yang tampan.
Berpostur tubuh sempurna,
perut sixpack kering, lengan
yang cukup kekar
dan tubuh yang
cukup berotot. Wajahnya
bersih tak ada
kumis ataupun berewokan
seperti kebanyakan para dewa lainnya.
Lekukan tubuhnya sangat
jelas, mungkin karena
para dewa dewi
di mataku semua
bertelanjang badan. Warna
kulitnya putih nampak
begitu lembut kurasa
seperti kulitku namun memiliki rambut
dan bola mata yang berbeda denganku.
Psikhe. Dewi asmara. Dia
menjadi dewi karena
Psike adalah kekasih
dari sang dewa
cinta. Seperti kebanyakan
dewa-dewi, Psike memiliki
kulit putih mulus,
rambut dan bola
mata pirang, persis
seperti yang lainnya.
Psikhe memiliki mata
yang tajam bergairah,
tubuh ideal dengan
pinggul serta bahu lebar seimbang
dan pinggang yang ramping.
“Albino, sialan
lu ya. Minta
di hajar lagi
ya”, gertaknya melihat
aku menyeringai ke
arahnya. Bukan kepadanya
tapi pada Moros
yang berdiri sombong
di belakangnya.
To Be Continued ...
6 Comments
Dahsyat juga mitologi dicampur guyonan. Wkwkwkwm
ReplyDeleteJoke yang sadar saja😂🙏
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)
Ada dewa-dewi? Lanjut, ditunggu ya
ReplyDeleteAwal ceritakan sudah dewa-dewi.
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:*
Satu Dewi lagi nih, Dewi Persik🤗
ReplyDeleteAhhh... Jangan gitu nanti denger
Delete*Terima kasih telah mengunjungi blog kami:)