Resensi Buku : Kambing Jantan
- Judul : Kambing Jantan “Revisi”
- Penulis : Raditya Dika
- Genre : Nonfiksi Komedi
- Penerbit : Gagas Media
- Tahun Terbit : Cetakan Kelima Puluh Satu, 2017
- Tebal Buku : 224 Halaman
- ISBN : 978-979-780895
Buku
ini mengisahkan seseorang
lulusan SMU yang
bernama Dika atau biasa akrab
dengan panggilan Kambing,
ia melanjutkan pendidikannya
ke jenjang yang lebih tinggi
di Adelaide, Australia.
Kambing mengambil gelar Finance
atas ketidak ketertarikannya, karena
paksaan dari orang
tua atau lebih
tepatnya ibu. Disini, kambing
sebenarnya tidak memiliki
minat dalam mengambil
gelar tersebut, akhirnya
mengalami probelamika masa
kuliah.
Di dalam buku ini pula diceritakan tentang permasalahan selama kuliah di Adelaide, terlebih dalam ruang lingkup asmara. Nama pacar Kambing sendiri di buku ini di samarkan dengan sebutan Kebo. Kambing dan kebo menjalin hubungan jarak jauh atau bahasa kerennya Long Distance Delationship, LDR. Persoalan yang sering di alami pada manusia saat menjalani hubungan jarak jauh yaitu komunikasi. Begitu pula hubungan asmara Kambing dan Kebo di buku ini. Pada tahun cerita ini berlangsung untuk berkomunikasi jarak jauh hingga keluar negeri membutuhkan biaya yang tak bisa di kata murah, hal itu menyebabkan komunikasi mereka berkurang dan membuat mereka saling merasa bahwa semua telah berubah. Di tambah lagi ada seorang teman betina Kambing yang datang di kehidupan asmaranya.
Di buku ini tak hanya berkisah tentang percintaan Kambing saja, tapi banyak juga kejadian sehari-hari yang sedikit absurd di luar nalar manusia normal.
Bagian
menarik dalam buku
ini yang pertama
ialah judulnya. Dari judulnya
saja sudah mampu
menarik pembaca untuk
ingin tahu cerita
apa yang ada
di dalamnya. Kedua,
buku ini menggunakan
kosa kata yang
tidak baku, alhasil
sanggat mudah di
cerna oleh akal.
Poin lebih dari
buku ini yaitu
memiliki humor yang
segar, sehingga mampu
mengocok perut pembaca.
Di
balik hal-hal menarik
di buku ini
memiliki titik hitam
pada penyampaian kata
yang vulgar. Akan
tetapi sebab di
padukan dengan komedi,
bahasa-bahasa vulgar tersebut
malah mengundang tawa.
2 Comments
cukup lengkap resensinya, Mas.
ReplyDeleteTapi saya kurang nyaman dengan paragraf terakhir.
di padukan : dipadukan
*Terimakasih telah mengunjungi blog kami:)
Delete