PARADOKS Bagian 28
Dimana
ini, kosong, hampa
dan penuh dengan
ketiadaan. Sendiri di
tempat sunyi, gelap
tanpa ada secercah
cahaya. Seluas mata
memandang, semua hitam.
Kenapa tiba-tiba seperti
ini. Terakhir yang
aku ingat, Thanatos
mengikuti dan ikut
duduk di sampingku.
Tersadar aku sudah
berada di tempat
ini. Semua ini
pasti ulah Thanatos.
“Selamat
datang di ruang
jiwa, Athan”
“Keluar kau Thanatos!” jawabku yang tak bisa merasakan ataupun melihat keberadaannya.
“Keluar kau Thanatos!” jawabku yang tak bisa merasakan ataupun melihat keberadaannya.
Tempat
ini adalah ruang
jiwa yang di
refleksikan dari apa
yang ada dalam
diri manusia. Ketika
jiwa memasuki ruangan
ini maka jasat
akan terlihat seperti
sedang tertidur. Namun
pada kenyataannya roh
tak sepenuhnya ada
dalam badan. Ketika
seorang manusia memasuki
ruang jiwa maka waktu kehidupan
akan terasa melambat,
prihal satu hari
di dunia nyata
sama dengan seribu
hari di ruang
jiwa. Di tempat
ini, apapun yang
terjadi bisa di
atur dengan sangat
leluasa oleh pemilik
ruang. Namun, jika
tidak bisa mengendalikan
dan terbuai oleh kemudahan ruang
jiwa, maka roh
tidak akan bisa
kembali kebadan atau
dengan kata lain termakan oleh
ruang jiwa. Karena
memang ruang ini
sesungguhnya dibuat khusus
oleh Moros sang dewa kematian
yang bertugas untuk mencabut nyawa
tanpa rasa sakit.
“Kenapa
kau membawaku ketempat
ini Thanatos?” tanyaku
tanpa tau dimana keberadaannya,
karena memang tidak
ada yang bisa
memasuki ruang refleksi
jiwa seseorang kecuali
orang itu sendiri.
“Aku
akan membantumu mengingat
apa yang kau
anggap sebagai mimpi”
suara Thanatos memenuhi
ruang ini, seolah
semua ini berada
di dalam diri
Thanatos.
Mimpi.
Ternyata benar, yang aku kira
mimpi itu adalah
ingatan masa lalu
sebelum aku hidup
sebagai manusia dibumi.
Di tempat ini
aku bisa melihat
dengan begitu kompleks
siapa yang melempar
dan siapa yang terbuang keluar
dari kegelapan menuju cahaya
yang amat sangat
menyilaukan. Disini pula
aku mengetahui bahwa
mimpi itu adalah
kudeta dewa pertama
diatas keserakahan akan kebebasan.
Dimana awal keberadaan
alam semesta ini sendiri berasal
dari dewa tersebut. Dewa
yang dikutuk sebagai manusia abadi, terasingkan dan
terlupakan di dunia. Dewa yang mensifati kekosongan,
kehampaan serta ketiadaan. Dewa itu
bernama Khaos, dia dibuang
dari kursi singgahsananya menuju bumi oleh
dewa yang tercipta
untuk mengisi kekosongan
dirinya. Sang kegelapan tempat bersemayamnya
kematian, dialah Dewa Erebos.
Akan tetapi, entah
kenapa ia tidak
menduduki singgahsana dan
membiarkannya kosong. Hingga
suatu masa tibalah
sosok dewa yang
mengisi kekosongan kekuasaan.
Dia keturunan ketiga
dari Gaia, dewi
personifikasi bumi. Dialah
pemimpin para dewa
dimasa emas kehidupan
manusia sekaligus ayah
dari dewa yang
saat ini mempimpin
kekuasaan. Kronos, dialah
ayah dari sang
pemimpin para dewa,
Zeus.
“Sekarang apa kau
sudah ingat siapa
dirimu yang sebenarnya
wahai anak manusia?”
Mendengar
pertanyaan dari Thanatos membuatku
tersadar dari ruang
jiwa dan kembali
di tubuh anak
manusia. Ketika mata
terbuka, mobil telah
berhenti berjalan. Ibu
masih ada ditempat
duduk untuk menyetir
mobil.
“Udah bangun?”
tanya ibu melihat
dari kaca tengah
yang menyorot padaku.
“Ibu sudah sangat lapar, nunggu Athan bangun”
“Ayo turun, kita sudah sampai nak!”
“Ibu sudah sangat lapar, nunggu Athan bangun”
“Ayo turun, kita sudah sampai nak!”
To Be Continued ...
2 Comments
Ternyata si Athan ketiruran 😂
ReplyDeleteTipo ya bang?
Delete*terimakasih telah mengunjungi blog kami:)